JAYAPURA (PTIMES)- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (q-to-q) bumi cenderawasih pada triwulan II 2019, mengalami pertumbuhan negatif 1,74 persen dari triwulan sebelumnya.
Menurut Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Papua Beti Yayu Yuningsih, hal itu dikarenakan selama triwulan II-2019 terjadi penurunan produksi pada industri kayu, barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan serta sejenisnya (BKLI 16).
Tak hanya itu, pihak perusahaan terkait diketahui juga mengalami permasalahan dan kesulitan dalam memperoleh ijin untuk memperluas lahan Hak Pengusahaan Hutan (HPH), sehingga terus melakukan efisiensi produk.
“Namun berbeda yang terjadi pada produksi industri minuman (KBLI 11). Dimana komoditi industri itu selama triwulan II 2019 mengalami pertumbuhan positif sama seperti yang terjadi di triwulan sebelumnya”.
“Fenomena ini terjadi karena begitu besarnya permintaan masyarakat saat bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri,” terang Beti dalam satu kesempatan, di Jayapura, Minggu (4/8).
Ia katakan, meski terjadi penurunan produksi manufaktur Papua pada triwulan II, nilainya justru lebih tinggi dari pertumbuhan secara nasional yang juga tumbuh negatif sebesar 1,91 persen.
Sementara jika dibandingkan dengan triwulan II 2018, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang secara (y-on-y) Papua selama triwulan II 2019, tumbuh negatif 4,35 persen.
“Pertumbuhan yang negatif secara (y-on-y) disebabkan karena industri kayu, baran dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (KBLI 16) mengalami penurunan secara (y-on-y) pada triwulan II 2019,” tutupnya.
Editor: ERWIN RIQUEN
Komentar