JAYAPURA | PAPUA TIMES- Burung Cenderawasih atau yang biasa disebut burung ‘Surga’ kian hari kian memprihatinkan. Suaranya kini kian jarang terdengar, bahkan burung cantik itu juga jarang menampak diri. Burung cenderawasih kini terancam punah.
Memiliki bulu yang indah membuat burung cenderawasih sering diburu manusia. Mereka sering menggunakannya untuk ritual, upacara adat, hingga hiasan. Ada penyebab lain yang ikut membuat burung cenderawasih sangat jarang ditemui karena aktivitas pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Tidak hanya memakan lahan terbuka, pembangunan juga turut menghancurkan habitat asli burung cendrawasih.
Kondisi ini tentu menjadi ancaman bagi para generasi mendatang, kelak mereka tak bisa lagi melihat secara nyata burung cenderawasih dan hanya bisa melihat lewat foto.
Untungnya, PT Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku hadir menyambung nafas kawanan burung surga itu di Kampung Tablasupa, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua. Dibalut program Corporate Social Responsibility (CSR) Bina Lingkungan Pertamina, Pertamina begitu intens melestarikan burung cenderawasih. Tahun 2024 merupakan tahun kelima bagi Pertamina dalam memberikan pembinaan.
Pertamina tak sendirian, mereka bersama Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Papua, tokoh masyarakat pemilik hak ulayat, IKA SKMA Papua dan organisasi lainnya sama-sama hadir memberikan harapan baru bagi burung cenderawasih.
Area Manager Communication, Relations dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun menuturkan bahwa sudah lima tahun terakhir pihaknya memberikan bantuan corporate social responsibility atau CSR berupa uang tunai senilai Rp 100 juta kepada BKSDA Papua yang diperuntukkan untuk pembuatan fasilitas untuk mendukung kegiatan konservasi.
“Kami berkomitmen untuk hadir bersama-sama dengan BBKSDA dan komunitas pencinta alam untuk terus mendukung program ini. Kami tetap berkomitmen bahwa CSR suatu hal yang wajib dan bisa membantu pelestarian burung cenderawasih,” ungkap Edi kepada awak media, Senin (2/9/2024).
Dia menyebutkan bahwa mereka memiliki tanggungjawab serta ketertarikan untuk melestarikan kembali burung cenderawasih. Menurutnya, pemberian CSR dinilai suatu hal yang wajib karena satwa endemik itu bukan sekadar ikon tapi juga jati diri orang Papua.
Melalui CSR ini, pihaknya berharap burung endemik Papua itu terus dilestarikan, sehingga menjadi bekal buat generasi ke depan. Program itu juga digadang-gadang untuk membuat perekonomian di tingkat Kampung Tablasupa semakin hidup.
“Program CSR Pertamina itu sudah berjalan dari tahun 2019, salah satu kegiatan intinya itu masuk di dalam perlindungan satwa cenderawasihnya. Pertamina memfasilitasi pengadaan alat dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Edi menyatakan upaya BBKSDA Papua dan KPA Amamey untuk menghentikan perburuan cenderawasih dengan memberdayakan perekonomian warga adalah pencapaian besar.
“Apa yang kami lakukan adalah bagian yang sangat kecil dari upaya penyelamatan cenderawasih. Saya sendiri terkaget-kaget, ketika kita ingin menyelamatkan cenderawasih, justru di tempat lain banyak yang diperjualbelikan. Kami melakukan CSR itu dengan harapan bisa memberi sedikit sumbangan untuk melestarikan satwa yang luar biasa itu,” tutur Edi.
Kemudian salah satu penyuluh Kehutanan BKSDA Papua, Candra Irwanto Lumban Gaol menyampaikan apresiasi kepada PT Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku yang telah ikut perduli terhadap pelestarian hutan dan burung cenderawasih di Kampung Tablasupa.
“Terima kasih kepada Pertamina yang telah bekerja sama dengan BBKSDA Papua dalam menjaga pelestarian ekosistem di tanah Papua. Jadi kehadiran kita di hutan Tablasupa ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa burung cenderawasih itu ada di hutan Tablanusu yang perlu dilestarikan,” ucapnya.
Ia menghimbau kepada semua pihak agar burung cenderawasih tidak menjadi target buruan. Serta tak digunakan sebagai souvenir bagi tamu-tamu yang datang berkunjung ke Papua.
Perlu diketahui bahwa Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK) telah menetapkan Kampung Tablasupa, menjadi daerah konservasi burung cenderawasih kuning kecil.
Membumikan Rumah Burung Surga
Perburuan cenderawasih di Tablasupa bisa terhentikan karena KPA Amamey tak semata-mata melarang warga memperdagangkan si burung surga itu. “Kami harus mencari pengganti ketergantungan ekonomi mereka kepada perdagangan cenderawasih, agar tak lagi melakukan perburuan,” tutur Chandra.
KPA Amamey beruntung karena mendapat dukungan Kisiwaitou. Sebagai perempuan Papua, peran Kisiwaitou kala itu sebagai kepala kampung melampaui batas-batas tradisi patriarkal masyarakat adatnya. Salah satu hal penting yang dilakukan Kisiwaitou adalah menyediakan biaya operasional kegiatan KPA Amamey dalam anggaran kampung waktu itu.
Dalam perkembangan berikutnya, Kisiwaitou juga merintis Tablasupa menjadi desa binaan konservasi Kena Nembey, dan mengarahkan pembenahan Tablasupa menjadi destinasi wisata bahari yang terbatas, dikhususkan hanya bagi kegiatan pendidikan dan penelitian.
Visi itu menopang upaya jangka panjang BBKSDA untuk menjadikan Tablasupa sebagai rumah bagi cenderawasih “si burung surga”. “Daerah kami juga daerah wisata bahari, dan di sini sering terdengar suara nyanyian burung cenderawasih. Itu bisa menjadi daya tarik bagi kampung kami, dan mendatangkan berkat bagi masyarakat kami,” tutur Kisiwaitou.
Kemudian Sekretaris KPA Amamey, Silas Demetouw menuturkan kerja panjang para relawannya semakin menghidupkan perekonomian masyarakat, sekaligus berdampak positif bagi kelestarian alam Tablasupa. Ia menyambut berbagai pihak yang ingin membuat perekonomian warga Tablasupa semakin laju. Namun Demetouw menyatakan warga Tablasupa tetap membutuhkan dukungan Pemerintah Kabupaten Jayapura.
“Saya berharap Pemerintah Kabupaten Jayapura bisa memberikan dukungan, pembinaan, dan pendampingan supaya apa yang kita kerjakan sekarang ini bisa berlanjut. Kampung kami ini punya potensi wisata yang sangat tinggi, tapi akses jalan menuju kampung ini belum begitu baik,” kata Demetouw.
Perubahan di Tablasupa adalah potret bagaimana upaya konservasi tak meminggirkan upaya menggerakkan perekonomian warga. Ketika berjalan beriringan, perputaran ekonomi di tingkat Kampung Tablasupa justru jadi penopang upaya pelestarian burung cenderawasih di sana. Sebaliknya, upaya pelestarian burung cenderawasih di sana menggerakkan lebih banyak pihak yang ingin membuat para warga Tablasupa semakin berdaya.
Editor | ERIK | REDAKSI
Komentar