Ada Apa? Presiden Prancis ke Vanuatu

PORT MORESBY | PAPUA TIMES- Presiden Prancis Emmanuel Macron akan melakukan kunjungan resmi pertama ke Papua Nugini Jumat depan sebagai bagian dari perjalanan singkat ke Pasifik.

AFP melaporkan perjalanan Macron akan dimulai di Kaledonia Baru, sebelum dia melakukan perjalanan ke Vanuatu dan Port Moresby.

Perjalanan itu “bersejarah” karena tidak ada presiden Prancis yang pernah mengunjungi pulau-pulau non-Prancis di wilayah tersebut.

Macron akan menggunakan dua perhentian itu untuk menguraikan strategi Indo-Pasifiknya, yang bertujuan untuk “mengikat kembali” Prancis ke wilayah tersebut, kata pejabat itu.

Perdana Menteri PNG James Marape mengatakan dia akan bertemu langsung dengan Macron, dan jadwal kunjungan tersebut juga mencakup kunjungan kehormatan kepada Gubernur Jenderal Sir Bob Dadae dan penandatanganan berbagai perjanjian.

Marape menekankan pentingnya kunjungan Macron dalam memperkuat hubungan bilateral antara Prancis dan Papua Nugini.

“Di bawah kepemimpinan saya, Prancis dan PNG secara aktif meningkatkan hubungan bilateral kami, bersama dengan negara lain,” katanya dikutip RZN.

“Saya menghargai komitmen Presiden Macron, seperti yang ditunjukkan oleh keputusannya untuk mengunjungi PNG dan terlibat dalam diskusi tentang masalah kepentingan bersama antara negara kita.”

Kunjungan Macron datang menjelang keputusan investasi akhir (FID) oleh TotalEnergies super besar Prancis di Proyek LNG Papua. TotalEnergies juga terlibat dalam pengolahan hilir sumber daya alam seperti hutan.

“Di tengah lanskap geopolitik yang berkembang di kawasan ini, Papua Nugini berfungsi sebagai ‘tanah netral’, dan saya akan mendesak Prancis untuk mempertimbangkan posisi strategis PNG di tengah dinamika regional yang berubah,” tambah Marape.

“Kunjungan Presiden Macron ke PNG akan semakin memantapkan kerja sama yang berkembang dan tujuan bersama antara kedua negara kita, khususnya di bidang konservasi hutan, investasi Prancis di PNG seperti TotalEnergies, memobilisasi sumber daya untuk mendukung negara dan masyarakat Kepulauan Pasifik kecil, dan hal-hal lain yang relevan.”

Macron tahun lalu meluncurkan kembali pendekatan Indo-Pasifik Prancis setelah pertikaian sengit atas kontrak kapal selam yang dibatalkan dengan Australia, menjadikan Prancis sebagai kekuatan penyeimbang di wilayah yang didominasi pergumulan antara China dan Amerika Serikat.

Editor | TIM

Komentar