JAKARTA | PAPUA TIMES – PT PLN (Persero) menyatakan siap memenuhi kebutuhan listrik antarnegara, khususnya di di Desa Wutung yang menjadi daerah perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini.
Komitmen itu menjadi tindak lanjut dari kunjungan bilateral Presiden Joko Widodo pada Juni 2023 lalu. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan penyediaan listrik antarnegara menjadi salah satu bahasan antara Presiden dengan perwakilan Pemerintah Papua Nugini.
Dalam pertemuannya dengan Deputi Perdana Menteri Papua Nugini John Rosso, Darmawan menjelaskan PT PLN (Persero) akan berkolaborasi dengan PNG Power untuk memasok listrik ke Desa Wutung.
“Papua Nugini bukan hanya tetangga dekat Indonesia, kita berbagi satu tanah dan harapan yang sama. Kedua negara merupakan wujud persahabatan yang erat dan punya kesamaan tekad untuk memajukan kesejahteraan,” tegas Darmawan dalam siaran pers, Sabtu (15/7).
Dia menambahkan, jaringan transmisi dan distribusi di wilayah Skouw, Jayapura akan memasok kebutuhan listrik tambahan di desa perbatasan tersebut. Adapun total suplai di wilayah perbatasan sebesar 6 MW dan demand di Skouw sebesar 1 MW. “Demand di Skouw itu 1 MW jadi masih ada ketersediaan pasokan listrik sebesar 5 MW untuk dialiri ke Papua Nugini,” imbuhnya.
Secara teknis, Sistem Jayapura memiliki daya mampu hingga 136,6 MW, dengan beban Puncak Jayapura mencapai 94,6 MW dan cadangan daya atau reserve margin sebesar 42 MW (44,39%). Dengan cadangan itu, PLN secara jangka panjang berpotensi melistriki wilayah lain di Papua Nugini sesuai kebutuhan.
Sedangkan di Papua Nugini, kapasitas terpasang listrik secara kumulatif mencapai 1,2 GW. Seluruh kebutuhan di sana pun dipasok dari PLTA, PLTGU, PLTD, Biomassa, dan Tidal Power Plant dalam naungan PNG Power.
Deputi Perdana Menteri Papua Nugini John Rosso mengakui salah satu tantangan negaranya saat ini ialah pasokan listrik hingga harga listrik yang mahal. Karena itu diperlukan kemitraan dan kerja sama dalam penyediaan pasokan listrik yang andal serta lebih murah.
“Kami melihat PLN memiliki kompetensi dalam hal ini. Kami menemukan salah satu solusi untuk menjawab persoalan kami yaitu melakukan bisnis dan kemitraan dengan PLN,” tandas John Rosso.
John Rosso menjelaskan bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dan Papua Nugini telah terjalin erat selama bertahun-tahun. Kemitraan ini menjadi salah satu penguat hubungan diplomatik kedua negara, yang juga bertujuan untuk kepentingan rakyat.
“Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri kami adalah sinyal kuat untuk memperkuat hubungan diplomatik dan ekonomi antara negara kami. Kami sangat bersemangat untuk mengambil tindakan lanjutan,” kata John Rosso.
Tantangan utama yang dihadapi Papua Nugini saat ini adalah pasokan listrik yang tidak mencukupi, disertai dengan harga listrik yang mahal. Untuk mengatasi hal ini, Papua Nugini berusaha mencari solusi dengan membuka kemitraan dan kerjasama dengan pihak yang memiliki kompetensi di bidang ini.
“Kami melihat PLN memiliki kompetensi dalam hal ini. Kami menemukan salah satu solusi untuk menjawab persoalan kami yaitu melakukan bisnis dan kemitraan dengan PLN,” tegas John Rosso.
Dengan kerja sama yang kokoh antara PLN dan Papua Nugini, kehadiran listrik yang andal dan terjangkau akan menjadi kenyataan di daerah perbatasan, membawa berkah bagi kedua negara dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya.
Persahabatan erat antara Indonesia dan Papua Nugini akan semakin diperkuat dengan kerjasama ini, menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing bagi kawasan Asia Pasifik.
Editor | HASAN HUSEN
Komentar