BKSDA Riliss KondisiTerkini Pegunungan Cycloop

JAYAPURA- Lahan kritis di Cagar Alam Pegunungan Cycloop dari waktu ke waktu terus meningkat.Hingga kini mencapai 2019,66 hektar. Alhasil potensi bencana alam seperti erosi, longsor dan banjir mengancam masyarakat yang berada di kawasan tersebut.

Kepala BKSDA Saat Pemaparan Kondisi CGA Pegunungan Cycloop

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Papua, Edward Sembiring, S.Hut.,M.Si mengatakan meluasnya lahan kritis di kawasan pegunungan Cycloop tidak terlepas dari aktivitas perambahan hutan yang dilakukan masyarakat serta aktivitas penebangan hutan dan pemukiman ilegal.
Hasil pemantauan BKSDA, lanjut Sembiring, terdapat tiga kondisi terkini yang sedang terjadi di cagar alam pegunungan Cycloop yakni meluasnya perambahan di kawasan penyangga dan cagar alam Cycloop di sisi Timur dan Selatan berupa pembukaan kebun, penebangan kayu, pembuatan arang, bahan galian C, pemukiman illegal.

“Kondisi terkini yang bisa langsung dilihat adalah pembukaan lahan untuk berkebun Nanas di Bhayangkara dan Angkasapura Kota Jayapura sedangkan di Kertosari Kabupaten Jayapura, pembukaan lahan untuk perkebunan campuran,”papar Sembiring disela-sela Pelatihan wartawan Jayapura yang digelar USAID Lestari bekerjasama dengan BKSDA Papua, Selasa siang (02/4/2019) di Hotel Horex Sentani Kabupaten Jayapura.
Lebih lanjut Sembiring menjelaskan kondisi berikutnya adalah berkurangnya debit air bersih pada sumber air utama di cagar alam pegunungan Cycloop. Pada kawasan yang tutupan vegetasinya atau hutannya tidak terganggu meski turun hujan, airnya tetap jernih seperti di sungaii Amai. Sementara kawasan yang mengalami degradasi tutupan vegetasi, sungainya mengering di waktu-waktu tertentu seperti yang terjadi di Port Numbay Kota Jayapura.
Kondisi lainnya adalah hilangnya spesies kunci? Dan berada di fase Kritis. “Ekidna sebuah spesies mamalia bertelur yang ditemukan terakhir pada tahun 1961 sampai saat ini belum pernah lagi terlihat. Termasuk beberapa species satwa seperti burug Cenderawasih, Kasuari, Mambruk, Kanguru Pohon menjadi satwa yang paling sulit ditemukan karena terjadi kerusakan habitat,”ungkap Edward Sembiring.
Menurutnya, kondisi kritis di pegunungan Cycloop perlu mendapat perhatian serius dan kerjasama semua pihak untuk merawat dan melestarikan lingkungan hidup di kawasan pegunungan Cycloop.
Sementara itu, Koordinator Lestari Papua, Paschalina Rahawarin mengakui kerja-kerja lapangan seperti sosialisasi dna penyuluhan kepada masyarakatg pelaku perambahan di kawasan Cycloop yang dilakukan lembagannya bersama BKSDA Papua mendapat tantangan luar biasa. Di beberapa tempat, petugas mereka mengalami penganiayaan.
“Teman-teman sudah melakukan usaha. Petugas kita sering dimaki bahkan ada yang sudah dipotong. Petugas patroli gabungan seringkali memberi penyuluhan namun masih ada tantangan dari masyarakat. Padahal aturannya tidak boleh ada kegiatan apapun didalam Cagar Alam Cycloop,”ungkapnya.
“Pegunugan Cycloop ini sangat penting karena airnya menyuplai air bersih dan hutannya mencegah bencana alam. Pelestariannya tidak bisa dikerjakan satu dua lembaga tetapi harus ada partisipasi aktif dari semua pihak. Mari jaga Cycloop. Pers juga berperan penting menyajikan informasi yang positif,”ajak Rahawarin.
Editor: HANS BISAY