JAYAPURA | PAPUA TIMES- Tim Handball atau bola tangan Papua punya potensi untuk menyabet medali emas di rumah sendiri dalam debut perdana cabang olahraga handball di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX.
Cabang olahraga handball memang masih tergolong baru bagi kontingen Papua, meskipun olahraga yang dipopulerkan di Jerman ini sudah cukup lama hadir di Indonesia.
Walau berstatuskan anak baru, tim handball Papua tak main-main dalam menyiapkan skuadnya demi mendapatkan medali emas di rumah sendiri.
Pengurus Provinsi Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI) Papua lantas mendatangkan pelatih-pelatih berpengalaman. Salah satunya, ada nama kawakan di olahraga handball Indonesia, Joni Seprianus Sir.
Joni Sir didatangkan sepaket dengan Andy Purwanto untuk menukangi tim handball Papua karena punya prestasi yang mencolok saat membesut tim handball Kalimantan Timur (Kaltim). Joni Sir bergabung dengan Papua sejak 2019 usai memutuskan hengkang dari Kaltim setelah ajang Pra PON.
Pria berdarah Alor, Nusa Tenggara Timur itu membawa Kaltim finis di peringkat ke-3 pada ekshibisi PON XIX Jawa Barat. Di ajang Pra PON tahun 2019 di Jawa Tengah, Joni sukses mempersembahkan gelar juara 1 bagi tim putri Kaltim dan juara ke-2 kategori putra.
“Ini PON yang pertama, setelah di ekshibisi PON Jabar saat melatih tim putra dan putri Kaltim hanya berada di posisi 3 dan pada Pra PON 2019 di Jateng bersama Kaltim, kita tim putri berada di posisi 1 mengalahkan tuan rumah dan putra di posisi ke 2, kalah dari tim Jabar,” kata Joni, kepada awak media Jubi, Selasa (10/8/21).
“Desember 2019 saya gabung dengan tim Papua, namun sempat terhenti sekitar 6 bulan lebih karena wabah Covid-19. Kami sempat dipulangkan lalu kemudian bergabung efektif sekitar 10 bulanan,” sambungnya.
Joni Sir juga mengantongi sejumlah prestasi di antaranya juara 1 Kejurnas U-21 tim handball Kaltim putra dan juara 2 tim putri tahun 2015, juara 1 tim putra dan putri IHA Open 2020. Ia juga sempat berduet dengan pelatih asal Korea Selatan, Mr. Yoon menukangi tim nasional handball Indonesia kategori putra di Asian Games 2018.
Pelatih berusia 33 tahun ini memilih bergabung bersama tim Papua karena tertantang dengan talenta-talenta atlet Papua yang menurutnya punya prospek yang cerah di olahraga handball.
“Papua punya banyak pemain bertalenta namun harus dipupuk pembinaannya ke depan, sebab tanpa pembinaan berkesinambungan handball tak akan berkembang baik, apalagi saat ini banyak kita ambil pemain asli mayoritas Papua dan ini menjadi tantangan bagi kami tim pelatih meramu permainan dan kesolidan tim saat di lapangan nanti. Untuk saat ini kami pakai pemain real handball dari Kaltim dan Jabar. Mereka mayoritas hanya baru sekelas kejuaraan daerah dan juga nasional untuk memompa permainan atlet putra daerah sebanyak 4 putra dan 4 putri. Total pemain tim putra kita 14 orang dan putri 14 orang,” jelasnya.
Berbekal hasil positif dalam masa try out yang sudah dilakoni timnya di Purwokerto, Jawa Tengah, ia optimistis bisa menggenggam medali emas untuk kontingen Papua pada PON XX nanti.
“Kita optimis untuk berebut final dan mendapatkan medali emas. Ini bola tangan dan hal-hal yang di luar dugaan bisa saja terjadi. Apalagi, handball Papua masih baru dan bisa dikatakan masih bayi dan kita mencoba untuk mengejar dan berbuat maksimal untuk memberikan permainan terbaik,” pungkasnya.
Melihat progres kesiapan tim handball Papua, Ketua Pengprov ABTI Papua, Frets James Boray sangat optimis dua medali emas PON XX bisa digenggam di rumah sendiri.
“Yang jelas, dua tim kami putra dan putri sudah sangat siap dan kami yakin dua medali emas itu kita yang punya. Berdasarkan hasil ujicoba sudah memuaskan. Putra sudah jauh progresnya. Kami sudah tidak ragukan, begitu pula yang tim putri,” tekannya.
Editor | TIM
Komentar