Lifter Musa Kodi: Tinggalkan Gaharu Demi Membela Tanah Papua

JAYAPURA | PAPUA TIMES- Tetes keringat para atlet yang mati-matian berjuang untuk nama daerah hingga mendapatkan prestasi tak selamanya menuai balasan setimpal. Musa Kodi adalah salah satu contoh atlet yang berpestasi namun harus memperjuangkan hidup sebagai pencari kayu gaharu.

Musa Kodi, lifter asal Boven Digoel yang kini berusia 33 tahun punya cerita yang tak mengenakkan. Setelah berhasil mempersembahkan medali perunggu (Riau 2012) dan medali emas (Jawa Barat 2016) di iven Pekan Olahraga Nasional (PON) untuk kontingen Papua Barat, Musa terpaksa kembali ke kampung halamannya.

SIAPA CALON GUBERNUR PAPUA 2024-2029, PILIHAN ANDA
  • Add your answer
Poll Options are limited because JavaScript is disabled in your browser.

Bukan membawa pulang harta ataupun kabar gembira, namun ia pulang ke Digoel karena mendengar kabar sang adik meninggal dunia. Musa juga memilih tak kembali ke Papua Barat karena harus melanjutkan hidup sebagai seorang manusia, memperjuangkan hidup dan memenuhi kebutuhan ekonomi sebagai pencari kayu gaharu demi keluarganya.

“Di sana (Digoel) kan banyak yang cari gaharu. Saya pulang ke sana cari gaharu juga karena sudah tidak ada kerjaan lagi, aktivitas tidak ada setelah PON, mau tinggal tapi tidak ada pekerjaan, makanya saya balik ke kampung dan cari gaharu. Kalau dapat sedikit saya jual bisa dapat penghasilan,” kata Musa, Selasa (6/7/21).

Mendengar kabar itu, mantan atlet Papua, Noak Baransano pun terkejut. Ia berinisiatif untuk membawa Musa bergabung dengan kontingen Papua. Namun, Noak sempat mengaku kesulitan menjalin komunikasi karena Musa berada di kampung halamannya yang tidak ada sinyal telepon. Noak akhirnya bisa berkomunikasi dengan Musa atas bantuan Danramil dan Babinsa di Boven Digoel.

“Jadi sebenarnya tahun 2019 -2020 itu dia sudah ada latihan di sini (Jayapura), namun dapat kabar adiknya meninggal, dan dia pulang ke kampung halaman di Digoel. Di sana itu dia cari gaharu, dan dia mungkin sudah malas untuk kembali. Saya kesulitan mencari dan berkomunikasi dengan Musa. Atas bantuan Danramil di sana dan Babinsa baru kita bisa berkomunikasi dan saya bawa dia ke sini,” kata Noak yang saat ini menjadi asisten pelatih khusus bagi Musa.

Berpeluang dapat Medali Emas
Musa Kodi akan menjadi salah satu andalan Papua di cabang olahraga angkat berat pada PON XX. Dia disebut-sebut punya kans besar untuk mendapatkan medali emas.

Tapi, Musa sendiri tak mau muluk-muluk. Karena baru pertama kali bergabung dengan kontingen Provinsi Papua, Musa akan berusaha dan berjuang sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik bagi Tanah Papua.

“Intinya saya tidak mau menjanjikan, tapi saya akan berusaha sekuat tenaga dan sebagai manusia beriman kita juga harus berdoa untuk berikan yang terbaik bagi Papua karena waktu menuju PON XX sudah semakin mepet sekali. Saya memilih pindah memperkuat Papua karena saya ingin membela Tanah Papua karena saya asal dari Boven Digoel,” ungkapnya.

Pria berbadan kekar yang sudah menggeluti olahraga angkat berat sejak tahun 2008 itu memang bertekad menyumbangkan medali bagi Papua di PON ketiganya ini. Apalagi, Musa mengaku PON XX akan menjadi PON terakhirnya di usianya yang sudah menginjak 33 tahun. Dia berharap bisa mendapatkan pekerjaan tetap seandainya berhasil memberikan medali bagi Papua.

“PON XX akan menjadi PON ketiga saya, di Riau saya dapat medali perunggu, dan di Jawa Barat itu saya dapat medali emas. Saya rasa ini akan menjadi PON terakhir saya karena usia saya sudah 33 tahun. Dan saya berharap setidaknya bisa dapat pekerjaan tetap,” ujarnya.

Musa yang akan turun di nomor 105 kg itu punya segudang prestasi di cabor angkat berat. “Di Kejurnas junior maupun senior saya dapat medali emas. Sampai pernah ke Jepang juga wakili Indonesia di Kejuaraan Asia tahun 2011,” terangnya.

Noak Baransano sangat optimis dengan bergabungnya Musa Kodi akan membuka peluang besar bagi Papua mendapatkan medali emas di PON XX.

“Kami sangat optimis sekali dengan dia. Angkatannya di PON itu bahkan di Pra PON kemarin belum ada yang lampaui. Total angkatannya 952 dari tiga jenis. Yang juara di Pra PON XX itu angkatannya masih di bawah semua,” pungkas Noak.

Editor | TIM