JAYAPURA (PTIMES) – Keputusan kontroversial Komite Disipin (Komdis) PSSI yang menyatakan Persipura kalah (WO) 0-3 karena melanggar pasal 13 ayat (1) jo, pasal 67 ayat (2) Regulasi Liga 1 Putri 2019 menuai reaksi keras dari manajemen Persipura.
Selain mengecam keputusan tak adil itu, Sekretaris Umum Persipura Rocky Bebena menilai keputusan itu sangat melukai hati orang Papua.
“Kami bereaksi bukan karena meminta menjadi juara atau ngotot masuk final. Tapi kami memperjuangkan agar bagaimana federasi (PSSI) bisa menegakkan regulasi”.
“Kalau pertandingan semi final hanya satu kali pertemuan dapat dilanjutkan dengan adu penalti. Tapi ini kan ada dua laga yang mestinya hasil akhir ditentukan dengan menghitung agregat gol. Penjual sayur dan para pedagang pun tahu regulasi itu,” sesalnya dalam keterangan kepada pers, Selasa (17/12/2019), di Jayapura.
Sebelumnya, polemik terjadi dalam leg kedua semifinal Liga 1 Putri. Dimana Tira-Kabo Kartini sukses memetik kemenangan 2-1 di Stadion Cendrawasih, Biak, Sabtu (7/12/19), Kemenangan ini sekaligus kekalahan 4-5 dari Persipura di leg pertama.
Berdasarkan surat PSSI nomor 5308/AGB/1641/XII-2019, tertanggal 4 Desember 2019, hasil akhir semifinal Liga 1 Putri 2019, ditentukan tanpa memperhitungkan gol tandang. Namun agregat sama kuat 6-6 tersebut, diputuskan harus berlanjut ke babak adu pinalti tanpa perpanjangan waktu atau extra time 2×15 menit.
Meski penentuan semifinal dan final Liga 1 Putri 2019 telah dibahas dalam rapat koordinasi pertandingan atau Match Coordination Meeting (MCM) dengan tim yang dihadiri perangkat pertandingan, pihak Persipura Tolikara mundur dari pertandingan karena merasa sudah menang dalam aturan gol tandang. Pertandingan pun dihentikan.
Sementara atas putusan ini, Rocky memastikan akan tetap meminta klarifikasi pihak PSSI. Sebab manajemen Persipura pun telah mengajukan surat protes kepada PSSI sebelum laga 7 Desember 2019, namun tak mendapat tanggapan apa-apa.
“Justru keputusan menyatakan Persipura Tolikara kalah WO yang terbit. Bahkan manajemen Tira-Kabo sebelum keputusan WO terbit, mereka menghubungi kami lewat pesan singkat meminta bertemu membicarakan masalah tersebut”.
“Ini ada apa? Manajemen Tira-Kabo meminta kita bertemu bicara di PSSI. Berarti mereka sudah melakukan komunikasi duluan dengan PSSI. Dan kami pun ketika dihubungi sepakat tidak merespon,” ungkap dia.
Manajer Persipura Tolikara Usman Wanimbo menyatakan keputusan Komdis PSSI sangat mencederai sepak bola wanita Papua yang baru mulai bertumbuh.
Keputusan itu juga dinilai sangat merusak kepercayaan yang diberikan oleh negara kepada PSSI.
“Karenanya kami minta kepada Menpora untuk bisa melihat hal ini. Supaya sepakbola atau olahraga di Indonesia ini bisa lebih baik. Kelakuan (yang tidak adil) seperti ini harus diberantas dan dibenahi”.
“Sebab sangat merusak klub-klub sepakbola di Indonesia. Yang pasti saya sangat kecewa dengan isi surat yang tidak benar dan relevan sebagaimana yang diterbitkan Komdis PSSI,” cetusnya.
Asisten Manajer Persipura Tolikara Mathius Wally berharap Komite Banding PSSI bisa bersikap lebih bijak dan jeli sebab ada kesan sepihak yang terlihat, keputusan menenangkan Tira-kabo diduga telah diatur.
“Sebab keputusan ini sangat merugikan kami. Dan lebih lagi mengenai ada klausul kelakuan buruk yang ditudingkan kepada tim Persipura Tolikara”.
“Yang pasti ini sangat merusak nama baik Persipura Tolikara. Saya kira ini pencemaran nama baik bagi Persipura Tolikara dan kami bisa ajukan fakta hukum ini ke kasus yang berbeda,” pungkas ia.
EDITOR : ERWIN
Komentar