BPS: NTP Papua Naik 0,23 Persen

JAYAPURA (PTIMES)- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua April 2019 mengalami kenaikan 0,23 persen dengan indeks sebesar 91,82. Kenaikan NTP dipicu oleh perubahan indeks harga diterima petani (It), lebih hesar dari indeks harga dibayar petani (Ib).

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Papua, Bambang Wahyu Ponco Aji dalam keterangan persnya, di Jayapura menjelaskan secara umum, NTP Provinsi Papua pada April 2019 pada beberapa subsektor turut mengalami kenaikan. Diantaranya, NTP subsektor pangan yang naik 1,17 persen dibanding Maret lalu. Kenaikan disebabkan indeks harga diterima petani, mengalami kenaikan angka 1,35 persen yang didorong oleh naiknya kelompok palawija 1,55 persen.
Sementara indeks harga yang dibayar petani, turut naik 0,18 persen yang dikarenakan naiknya konsumsi rumah tangan tanaman pangan sebesar 0,19 persen.

Para Petani di Jalan Baru Kotaraja Sedang Melakukan Penanaman Sayur Mayur

Sama halnya untuk tanaman perkebunan rakyat yang turun naik sebesar 0,07 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Secara umum digambarkan, kenaikan karena indeks harga diterima petani naik 0,21 persen yang didorong oleh kenaikan kelompok perkebunan 0,21 persen. Sedangkan indeks harga dibayar petani, naik sebesar 0,14 persen karena adanya konsumsi rumah tangga 0,10 persen.
April 2019 NTP nasional mencapai 102,23 yang justru mengalami penurunan. Sementara pada April 2019 pula terhadi inflasi perdesaan sebesar 0,16 persen. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Gorontalo dengan 1,75 persen serta deflasi terbesar terjadi di Riau, yang tercatat turun -0,22 persen.

MANUFAKTUR PAPUA
BPS juga mencatat pertumbuhan manufaktur di Papua triwulan I 2019 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,8 persen dari triwulan IV-2018. Pertumbuhan negatif ini disebabkan terjadinya penurunan produksi selama trilwulan I 2019, lebih khusus pada industri makanan (KLBI 10), khususnya minyak kelapa sawit dan industri kayu. Penurunan juga terjadi pada barang dari kayu (tidak termausk furniture) dan anyaman bambu, rotan maupun sejenisnya.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Papua Beti Yayu Yuningsih mengatakan penurunan minyak kelapa sawit ini memang dikarenakan pengaruh cuaca dimana terjadi banjir di banyak daerah penanaman kelapa sawit yang menyebabkan produksi buahnya menurun.
Penurunan juga terjadi pada produksi kayu karena perusahaan kesulitan memperoleh ijin untuk memperluas Lahan Hak Pengusahaan Hutan (HPH).
Kendati demikian, sambungnya, kondisi yang berbeda terjadi produksi industri minuman (KLBI 11). Dimana komoditi ini, selama triwulan I-2019 mengalami pertumbuhan positif sama seperti pada triwulan IV-2018. Sementara jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi triwulan I 2018, tambah ia, produksi industri manufaktur besar dan sedang secara (y-on-y) Papua selama triwulan I 2019 tumbuh positif 4,78 persen.

Editor: LEPIANUS KOGOYA

Komentar