Terima Kasih Velix Wanggai, Analisis Sosial Politik dan Budaya

WAMENA | PAPUA TIMES- Papua Pegunungan, sebagai provinsi baru hasil pemekaran wilayah di Tanah Papua, menghadapi dinamika sosial politik yang kompleks, budaya yang kaya, serta kebutuhan percepatan pembangunan yang mendesak.

Dalam konteks inilah, kehadiran Dr. Velix Vernando Wanggai sebagai Penjabat Gubernur sejak 12 November 2023 hingga 26 Maret 2025 menjadi babak penting dalam sejarah provinsi ini. “Selama 525 hari, beliau bukan hanya hadir sebagai administrator, tetapi sebagai Bapak Kolaborasi dan Penganyam Relasi Sosial,”ungkap Sonni Lokobal,Ketua Analisis Papua Strategis (APS) Provinsi Papua Pegunungan, akhir pekan ini di Wamena.

PSU, Ko Pilih Siapa
Poll Options are limited because JavaScript is disabled in your browser.

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Putaran Pertama Cagub BTM Meraih Suara Terbanyak 269.970 Suara Sedangkan Cagub MDF Meraih 262.777 Suara

https://bit.ly/PapuaTMK-survey

Dikatakan Lokobal dalam kehidupan sosial masyarakat Papua Pegunungan yang sangat majemuk baik dari sisi etnis, agama, maupun latar belakang budaya, Dr. Velix tampil dengan pendekatan yang sejuk dan menyentuh hati.

“Beliau tidak sekadar mendengarkan, tetapi benar-benar mendekat pada masyarakat. Dalam banyak momen, beliau hadir langsung ke tengah-tengah rakyat: mendengarkan keluh kesah, memberi semangat kepada pemuda, mengangkat perempuan sebagai subjek pembangunan, dan menyapa masyarakat adat dengan penuh hormat,”ujarnya

Pendekatan ini berhasil meredam potensi konflik sosial dan menciptakan suasana saling percaya antara pemerintah dan masyarakat. Ini bukan hal kecil, sebab membangun kepercayaan adalah modal sosial utama di daerah yang sedang menyusun fondasi awal.

Dimensi Politik: Memperkuat Institusi dan Menata Arah
Dari sisi politik pemerintahan, kepemimpinan Dr. Velix telah meletakkan dasar tata kelola birokrasi yang adaptif dan partisipatif. Ia mendorong seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk tidak hanya menunggu arahan, tapi aktif merumuskan program yang menjawab kebutuhan masyarakat.

Kolaborasi dengan Forkopimda, DPRP, DPRK, dan tokoh masyarakat mencerminkan pendekatan politik yang terbuka, dialogis, dan menyatukan.
“Yang menonjol dari gaya kepemimpinannya adalah keterbukaan dan transparansi dalam pengambilan kebijakan, termasuk dalam alokasi anggaran, pembangunan infrastruktur strategis, dan penyusunan RPJMD yang partisipatif. Ini adalah fondasi penting untuk menciptakan good governance di wilayah otonomi baru,
tambah Sonny.


Budaya: Menjaga Identitas, Mendorong Kekuatan Lokal

Dr. Velix memahami betul bahwa Papua Pegunungan tidak bisa dibangun hanya dengan pendekatan fisik. Budaya bukanlah hiasan, tetapi roh hidup masyarakat. Karena itu, ia menjadikan agenda pelestarian budaya lokal sebagai salah satu program prioritas.

Ia mendukung penuh kegiatan seperti Festival Lembah Baliem, penguatan seni tradisi, dan mendorong perlindungan terhadap nilai-nilai adat yang sakral. Lebih dari itu, beliau mendorong agar budaya bukan hanya dilestarikan, tetapi diberdayakan sebagai kekuatan ekonomi lokal—terutama melalui sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Kolaborasi Sebagai Kunci Pembangunan Papua Pegunungan

Tak diragukan lagi, kunci utama dari kepemimpinan beliau adalah kolaborasi. Dalam banyak hal, Dr. Velix tidak bekerja sendiri. Ia membuka ruang seluas-luasnya bagi LSM, akademisi, komunitas adat, tokoh agama, dan anak muda untuk menjadi bagian dari solusi.

Ia menginisiasi berbagai forum diskusi, coaching clinic CPNS, pertemuan lintas kabupaten, hingga koordinasi afirmatif dengan pemerintah pusat untuk memperjuangkan hak-hak Orang Asli Papua.

Model kepemimpinan kolaboratif ini menjadi legacy yang penting, sekaligus pesan bahwa membangun Papua Pegunungan membutuhkan sinergi antarsemua elemen, bukan hanya kekuatan elit.

Mewariskan Semangat, Bukan Jabatan

Dr. Velix Wanggai telah menyelesaikan tugasnya sebagai Penjabat Gubernur, tetapi jejaknya akan terus hidup dalam narasi masyarakat Papua Pegunungan. Ia telah menunjukkan bahwa jabatan hanyalah sarana, sementara pelayanan dan cinta kepada rakyat adalah panggilan. Di tengah suhu dingin Wamena dan lembah-lembah tinggi Pegunungan Tengah, beliau meninggalkan warisan moral dan institusional yang tak ternilai.

“Kami menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada beliau dan Mama Herwin Meiliantina, yang telah mendampingi beliau dengan penuh ketulusan. Semoga apa yang telah ditanam akan terus tumbuh, disiram oleh semangat generasi muda, dan berbuah dalam bentuk Papua Pegunungan yang adil, sejuk, dan sejahtera,”tandasnya.

Editor | TIM | PAPUA GROUP