Ini Pesan Paus Fransiskus, Jaga Perdamaian

JAKARTA | PAPUA TIMES– Paus Fransiskus meminta umat Katolik agar tidak lelah bermimpi dan membangun lagi sebuah peradaban perdamaian.

“Saudara dan saudari, saya juga hendak berkata kepada Anda, kepada bangsa ini, kepada Nusantara yang mengagumkan dan beranekaragam ini. Janganlah lelah berlayar dan menebarkan jalamu, janganlah lelah bermimpi dan membangun lagi sebuah peradaban perdamaian! Beranilah selalu untuk mengimpikan persaudaraan!” kata Paus Fransiskus di depan 86.000 umat yang memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno dan Stadion Madya, Kamis (5/9/2024).

Paus juga meminta agar umat Katolik terus memperlihatkan kebaikan budi dan hati dengan senyum khas yang membedakan Anda untuk menjadi pembangun persatuan dan perdamaian.

Di depan ribuan umatnya, Paus Fransiskus juga mendorong umat Katolik untuk menaburkan kasih dengan penuh keyakinan menempuh jalan dialog.

“Dengan demikian, Anda akan menyebarkan aroma harapan di sekeliling Anda. Ini adalah keinginan yang diungkapkan baru-baru ini oleh uskup-uskup Indonesia dan saya juga ingin untuk melibatkan seluruh umat Indonesia,” kata Paus asal Argentina ini.

Paus Fransiskus meminta umat Katolik agar berjalan bersama guna kebaikan gereja dan masyarakat.

Rumput Stadion Utama Gelora Bung Karno Tak Terinjak-injak
Tidak ada satu pun orang pun yang menginjak-injak rumput Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, selama misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus, Kamis (5/9/2024).

Rumput lapangan sepak bola yang akan dipergunakan untuk menghadapi Australia pada putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia, Selasa (10/9/2024), tidak digunakan selama perayaan misa. Rumput juga tidak ditutupi sama sekali. Hanya saja, lapangan itu diberi pagar.

Umat yang mengikuti misa suci tersebut berada di tribun stadion dan juga di samping lapangan.

Sebelumnya, Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK) memastikan tidak menutup rumput lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno saat misa Paus Fransiskus. Hal itu juga terlihat selama misa.

Editor | HASAN HUSEN

Komentar