JAYAPURA | PAPUA TIMES- Dua pasangan bakal calon Gubernur Wakil Gubernur Papua, Dr Benhur Tomi Mano-Yeremias Bisai,S.H (BTM-YES) dan Komjen Pol Mathius Fakhiri-Aryoko A.F Rumaropen,SP,M.Eng (MDF-AR), sama-sama anak asli Papua-OAP. Punya kans yang sama, beda latar dan beda pengalaman.
Duet BTM YES dari garis Tabi-Saireri perpaduan pamong dan politisi, sebaliknya MDF-AR Putra Papua Selatan dan Byak Numfor kombinasi Polisi-ASN.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Rakyat Cinta Indonesia (DPN Gercin Indonesia), Hendrik Yance Udam (HYU) di Jayapura, Jumat mengatakan rekam jejak dan karier BTM maupun MDF, sama-sama mengabdi dalam pemerintah, hanya beda institusi dan waktu memimpin.
Latar belakang BTM seorang pamong dan birokrat murni, jebolan APDN, menjadi walikota Jayapura dua periode,10 tahun. kemudian banting setir sebagai seorang politikus kawakan.
Sementara MDF jenderal bintang tiga Polri, lulusan Akpol 1990 yang meniti karier dari satuan Brigade Mobil (Brimob) hingga menjabat Kapolda Papua 4 tahun (2021-2024).
“Beda-beda tipis saja, dua-duanya menduduki posisi tertinggi di institusi masing-masing. Pengalaman dalam memimpin dan waktu saja yang berbeda, BTM memimpin di pemerintahan 2 periode 10 tahun sedangkan MDF Kapolda Papua 4 tahun,”ungkap HYU.
Dari sisi kerja-kerja politik, HYU menilai pengalaman BTM terbilang mumpuni. Ia telah memasuki kontestasi politik puluhan tahun. Sepuluh tahun bertarung di Pemilihan Walikota Jayapura dan terakhir masuk pertempuran politik di Pemilu 2024, dengan hasil kemenangan, lolos DPR-RI.
Sebagian besar waktunya dihabiskan mengabdi kepada masyarakat, dalam pemerintahan-birokrasi. “Tak bisa disangkal bahwa BTM politisi kawakan yang sukses didalam pertarungan politik dan Pilkada,” ujarnya.
Sementara MDF menghabiskan pengabdian dan karier di dunia kepolisian. Belum pernah bertarung head to head dalam Pilkada dan tak punya catatan ikut bersaing di Pemilu. Sangat jelas bahwa jenderal Mathius Fakhiri adalah salah satu polisi dengan karier mentereng, yang baru masuk dunia politik dengan adaptasi berbeda dari institusinya.
Soal suara dasar-konstituen BTM dan MDF di Papua, HYU berpendapat bahwa MDF mendapat support dan dukungan dari 15 Parpol yang sebagian besar adalah partai pemilik suara dan kursi di dewan. Pada posisi ini, MDF diuntungkan dan unggul. Kemudian eks Kapolda Papua itu memiliki jaringan kawan seprofesi yang tersebar diseluruh wilayah Tabi-Saireri, yang tentunya berpengaruh.
“Seandainya dalam Pilkada November nanti, beliau (MDF) menang tentunya karena didukung mesin Parpol yang sangat banyak dan jaringan profesi. Sebaliknya bila kalah, maka itu ajaib,”sebutnya.
Sedangkan BTM ditopang suara dasar partainya,PDI-Perjuangan dan pendukung militan BTM di grass root dan basis massa spiritual.
“Pertarungan antara BTM-MDF seperti Daud lawan Goliat. Semut Lawan Gajah. MDF didukung 15 kekuatan sedangkan BTM ditopang 1 batu penjuru (PDI-P). Masing-masing punya kelebihan dan memiliki kekuatan basis suara. Pemenangnya tergantung Tuhan, garis tangan dan kerja-kerja nyata di lapangan,”pungkas Hendrik Udam, putra Papua yang kini masuk sebagai salah satu tokoh elit nasional dengan Ormas Gercinnya.
Editor | PAPUA GROUP
Komentar