JAYAPURA | PAPUA TIMES- Bakal Calon Presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo memiliki daya tarik yang besar di kalangan pemilih perempuan. Survei-survei sejumlah lembaga menunjukkan hal itu. Teranyar, sigi yang dirilis Surabaya Survey Center (SSC) Agustus lalu.
Hasil survei SSC mengungkap mayoritas para pemilih perempuan yang berdomisili di Jawa Timur lebih memilih sosok Ganjar Pranowo sebagai presiden idaman mereka. Ganjar mengantongi elektabilitas sebesar 41,3%, disusul bacapres Prabowo Subianto dengan 34,2%, dan Anies Baswedan yang tingkat keterpilihannya sebesar 16,7%.
Pada tingkat nasional, hasil serupa direkam survei Litbang Kompas yang dirilis pada Mei 2023. Mantan Gubernur Jawa Tengah itu berada di posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 20,8%, diikuti Prabowo dengan raihan 19% dan Anies dengan elektabilitas 15%.
Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa merinci ada sejumlah faktor yang menyebabkan Ganjar digandrungi kaum hawa. Salah satu faktor penyumbang tingginya elektabilitas ialah kinerja Ganjar di bidang pemberdayaan perempuan saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
“Dari sisi program kerjanya sebagai Gubernur Jateng, program pemberdayaan perempuan Jateng juga sempat mendapat apresiasi dari Kemen PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) pada 2019 lalu,” kata Ardha Rabu (20/9/2023).
Hingga 2021, selama empat kali bertutut-turut Kemen PPPA menobatkan Jawa Tengah sebagai provinsi terbaik kesetaraan gender melalui Anugrah Parahita Ekapraya. Jateng dianggap berprestasi dalam pembangunan sektor perempuan dan anak, khususnya melalui strategi pengarusutamaan gender.
Selama memimpin Jateng, Ganjar memang tercatat menelurkan sejumlah program yang mendukung kesetaraan gender, di antaranya menginisiasi Sekolah Cerdas Perempuan Masa Kini atau Serat Kartini, menggelar pelatihan-pelatihan bagi perempuan rentan yang tersebar di 130 titik di 35 kabupaten/kota serta mengembangkan sektor perekonomian bagi perempuan.
Tingginya elektabilitas Ganjar di kalangan perempuan, lanjut Ardha, juga disebabkan oleh sosok Ganjar sendiri. Di depan publik, Ganjar kerap menampilkan diri sebagai sosok family man alias pria yang menjadikan keluarga sebagai prioritas utama.
“Kalau kita lihat Ganjar lebih banyak menampilkan istrinya dalam beberapa kesempatan sosialisasi, baik secara langsung ataupun di media sosial. Bahkan, dalam beberapa acara terakhir, Ganjar kerap membawa Alam, anaknya. Hal ini setidaknya memberikan persepsi kepada masyarakat bahwa Ganjar merupakan sosok family man,” kata Ardha.
Adapun Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, menurut Ardha, relatif lebih jarang menampilkan kebersamaan dengan keluarga dan pasangan di ruang publik. Karena itu, publik menganggap kedua pesaing Ganjar itu kurang punya perhatian terhadap isu keluarga dan perempuan.
Ardha berkata sosok istri Anies, Fery Farhati, memang tak bisa dipungkiri memiliki rekam jejak sebagai Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga DKI Jakarta. Namun, Fery kurang dapat dioptimalkan untuk menarik perhatian pemilih perempuan.
“Di sisi lain, Anies relatif lebih jarang menampilkan kebersamaannya bersama istrinya, Fery Farhati. Kendati track record Fery Farhati sebagai Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga DKI lalu mungkin dapat dikapitalisasi lebih lanjut untuk menarik perhatian dari pemilih, terutama pemilih perempuan,” kata Ardha.
Adapun Prabowo terlihat kurang begitu tertarik menggarap pemilih perempuan. Menurut Ardha, Ketua Umum Gerindra itu cenderung lebih tertarik menyasar pemilih berdasarkan segmen usia dibandingkan segmen gender.
“Status Prabowo yang dimilikinya saat ini, cenderung sebagai sosok family man yang lebih diarahkan pada rebranding dirinya yang selama ini menampilkan ketegasan, menjadi lebih youth friendly. Saya melihat Prabowo lebih menyasar pemilih berdasarkan segmen usia dibandingkan berdasarkan segmen gender,” ucap Ardha.
Editor | TIM
Komentar