JAYAPURA | PAPUA TIMES- Demi membawa timnya berprestasi di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX, Oktober mendatang. George Deda, pelatih Rugby Papua rela mengesampingkan pekerjaannya.
George Deda mengawali kariernya sebagai atlet Rugby dengan bergabung di tim Irian Jaya Rugby club pada tahun 1996 silam. Bersama timnya itu, Deda mulai menapaki turnamen-turnamen Rugby level Internasional di Bali dan Jakarta.
Dia juga diberikan tanggung jawab untuk membina dan mengembangkan organisasi Rugby di Papua. Pada iven Arafura Games tahun 1999, Deda bersama tim Rugby Papua menjadi peserta dan ikut bertanding. Mereka juga tampil di kejuaran internasional Darwin Seven di Darwin, Australia, tahun 1997. Dari situ lah, karier Rugby George Deda terus melejit hingga menjadi pelatih.
“Tahun 2004 saya masuk timnas Rugby Indonesia untuk kejuaraan Rugby Asia di Kamboja, tahun 2005 saya dipercayakan sebagai kapten timnas rugby indonesia di SEA Games Manila dan kami meraih medali perunggu. Setelah SEA Games Manila, sayasudah tidak main lagi untuk timnas dan kembali fokus sebagai pelatih dan mengurus organisasi Rugby di Papua,” kata Deda, pelatih Rugby Papua.
Mantan anggota DPRD Kabupaten Mimika selama dua periode (2004-2009 dan 2014-2019) dan sekretaris KONI Mimika periode 2015 – 2018 itu sudah menangani tim rugby Papua sejak tahun 2000.
Prestasi nasional pertamanya sebagai pelatih yakni berhasil mengawinkan medali emas bagi Papua di cabang eksibisi PON Jawa Barat. Tahun 2017, tim Rugby merebut dua medali perak kejuaraan nasional. Setahun berikutnya di Yogyakarta, Deda dan tim Rugby Papua kembali mengawinkan emas dalam kejuaraan nasional.
Karena dedikasinya terhadap olahraga Rugby, Deda kemudian didapuk sebagai Ketua Harian Persatuan Rugby Union Indonesia (PRUI) Papua dengan merangkap jabatan sebagai pelatih kepala tim putra dan putri untuk PON XX dengan dibebani target dua medali emas.
“Saat ini saya juga sebagai sekretaris Binpres Rugby Indonesia. Dan saat ini saya di percayakan untuk memimpin tim PON rugby sebagai pelatih kepala putra dan putri. Target kami adalah juara dan sebagai tolak ukur kami adalah rekam jejak prestasi kami di eksibisi PON Jawa Barat,” jelasnya.
Fokus Menatap PON XX
Bagi George Deda, olahraga Rugby sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di olahraga yang mirip dengan American Football itu.
“Rugby telah membentuk karakter saya. Dan hampir sebagian waktu saya dihabiskan untuk bermain dan mengurus olahraga ini, karena saya sudah sangat mencintai Rugby,” katanya.
Pria yang taat beribadah dan seorang majelis gereja itu bahkan rela mengesampingkan pekerjaannya sebagai seorang karyawan PT Freeport Indonesia agar bisa fokus melatih anak asuhnya.
“Demi tim Rugby dan prestasi PON, kurang lebih 2 tahun ini saya tinggalkan semua pekerjaan saya dan saya hanya fokus untuk PON. Saya akan tetap kembali bekerja, tetapi PON di Tanah Papua tidak mungkin akan terulang dalam waktu dekat lagi. Istri dan anak-anak pun saya tinggalkan di Timika,” tuturnya.
Saat ini, Deda tengah fokus mematangkan persiapan timnya dengan menjalani try out di Jogyakarta. Sebelumnya, tim Rugby Papua sudah menjalani TC berjalan di Papua sejak 2019.
“Saat ini tim kita sudah kembali pada persiapan tim yang benar-benar baik secara fisik. Secara teknik dan kemampuan atlet juga sudah maksimal. Spiritualnya juga sudah sangat baik. Kami berterima kasih sekali kepada KONI Papua yang bisa memindahkan TC kami ke luar Papua untuk bisa berujitanding,” tandasnya.
Sementara, kapten tim Rugby putra Papua, Ronald Demena juga mengakui persiapan timnya kini lebih memfokuskan pada aspek mental maupun fisik.
“Secara khusus, persiapan kita saat ini lebih kepada mental dan fisik, kita punya waktu masih lama tapi kita terus genjot fisik, kalau teknik dan strategi rata-rata pemain kita punya banyak pengalaman. Kita butuh uji tanding dengan tim yang lebih kuat,” ujar Demena.
Editor | TIM
Komentar