JAYAPURA (PTIMES) – Tim Komnas HAM Papua, Rabu (25/9/2019) sore, dipastikan telah menjejakkan kaki di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, guna mencari tahu kronologi maupun pemicu pecahnya kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa dan harta benda, di lembah baliem tersebut.
Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Provinsi Papua, Frits Ramandey mengatakan, salah satu agenda tim, yakni bertemu guru yang dituduhkan melontarkan kata-kata rasis.
Meski tuduhan itu telah dipastikan pihak kepolisian sebagai berita bohong atau hoax, Tim Komnas HAM Papua merasa perlu melakukan klarifikasi secara langsung.
“Kita akan coba bertemu dengan ibu guru tersebut,” terang Frits lewat sambungan telepon kepada wartawan, Rabu sore.
Sementara ditanya apakah kerusuhan Wamena masuk sebagai kategori pelanggaran HAM berat, Frits katakan masih butuh penelusuran. Untuk itu, ia minta semua pihak untuk bersabar menunggu hasil itu diterbitkan.
“Kalau (kerusuhan Wamena disebut) pelanggaran HAM, ya sebenarnya sudah demikian karena ada orang yang mati. Namun bila disebut pelanggaran HAM berat tentu masih butuhkan data lebih banyak lagi”.
“Memang data terakhir yang dihimpun Komnas HAM Papua, jumlah korban jiwa per Selasa (24/9/2019) sebanyak 18 orang, tapi kemudian ada data terbaru lagi (dari pihak kepolisian sekitar 28 orang).Intinya tim ini akan bekerja sampai waktu yang belum ditentukan (untuk mengumpulkan data),” jelas ia.
Pada kesempatan itu, Komnas HAM Papua menyerukan agar jangan lagi ada aksi-aksi kriminalitas seperti pembakaran yang berpotensi menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
“Atas nama kemanusian kami minta aksi-aksi seperti ini dihentikan,” imbaunya.(win)
EDITOR : ERWIN
Komentar