JAYAPURA- Konflik selalu menimbulkan korban dan penderitaan. Di Papua, perang suku, HIV/AIDS, Miras menjadi faktor utama kematian Orang Asli Papua. Dan kematian OAP sangat mahal harganya.
“Sejak jadi Gubernur Papua sudah mengatakan bahwa setiap orang Papua yang mati mahal harganya, karena disebabkan berbagai faktor seperti karena konflik Pilkada, perang suku, penyakit HIV/AIDS dan minuman keras,”ungkap Gubernur Papua, Lukas Enembe,S.IP,MH dalam pidato memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 72, di Gedung Negara Dok V Jayapura, Selasa (15/08/2017) kemarin.
Gubernur menjelaskan, kematian orang Papua harus dibedakan. Sebab ada orang Papua yang meninggal karena terbunuh oleh TNI-Polri dan kelompok-kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. Atau mati karena konflik sosial, konflik perang suku, perang Pilkada. Ini konflik yang terjadi. Hampir sebagian besar di orang Papua karena itu. Untuk menghindari korban dan kematian, maka setiap komponen masyarakat harus menghindari konflik.
Enembe juga menghimbau seluruh anggota TNI dan Polri yang bertugas di Bumi Cenderawasih, supaya mempelajari karakter masyarakat setempat, guna meminimalkan pecahnya insiden penembakan sebagaimana yang terjadi di Kabupaten Paniai, Deiyai dan Mimika.
Menurut Gubernur, mestinya insiden penembakan tak harus terjadi jika oknum aparat yang ditempatkan di daerah itu, tahu betul dengan karakter masyarakat setempat. Apalagi suku Mee yang mendiami wilayah Papua bagian tengah ini, merupakan etnis yang lebih dulu menerima budaya modern dari luar.
“TNI dan Polri harus belajar (karakter masyarakat setempat). Kejadian penembakan seperti di Paniai, Deiyai dan Mimika harusnya dicegah. Harus kita hati-hati mengelola konflik yang terjadi,”harap Gubernur.
Editor: YESAYA MANSAWAN
Komentar