JAYAPURA | Meriahkan Hari Anak Nasional 2025, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memilih cara unik untuk menanamkan semangat antikorupsi sejak dini, lewat film.
Di SMP Papua Kasih, Kampung Waena, Kota Jayapura, KPK memutar sejumlah film pendek bertema integritas dalam rangkaian program Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST).
Dengan mengusung tema nasional “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045,” kegiatan ini menyasar generasi muda sebagai agen perubahan masa depan.
Medio Venda dari Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK mengatakan Film menjadi pintu masuk untuk mengenalkan nilai-nilai antikorupsi yang dikemas secara ringan dan menyentuh, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kesederhanaan, hingga semangat kerja keras yang terangkum dalam semboyan JUMAT BERSEPEDA KK.
“Film bisa jadi media edukasi yang sangat efektif untuk memberikan pesan antikorupsi untuk generasi muda. Melalui nilai jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil dan kerja keras yang ditanamkan, tumbuh generasi hebat dan kuat serta antikorupsi. Film juga menjadi sarana merayakan keberagaman budaya Indonesia,” kata Medio Venda
Dalam sesi di SMP Papua Kasih yang berlangsung pada 17–26 Juli 2025, KPK memutar tiga film pendek pilihan: “Jual Babi” (Oridek Film Papua), “Pirates of Sepuluh Ribuan” (Fiktive Production Riau), dan “Kita Mo Jadi Superhero” (Maraya Story Lab Ternate). Sebanyak 102 siswa dan 4 guru menyaksikan pemutaran film ini dengan antusias.
Kepala Sekolah SMP Papua Kasih, Zhelvyanie, menyambut positif kegiatan ini. “Kami berharap KPK tidak hanya sekali ini saja datang kepada kami di Papua Kasih, karena edukasi melalui cara ini kami rasa sangat efektif dan menyenangkan,” ungkapnya.
Film sebagai Sarana Edukasi dan Perubahan Sosial
Pemanfaatan film sebagai alat kampanye antikorupsi bukan tanpa alasan. Data Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) Kementerian Kebudayaan mencatat, jumlah penonton film Indonesia mencapai 60,01 juta pada 2024—angka tertinggi dalam hampir satu abad terakhir.
Fakta ini menunjukkan bahwa film masih menjadi medium yang dekat dan digemari masyarakat.
Di sisi lain, data Indeks Perilaku Antikorupsi (IPAK) menunjukkan adanya penurunan kesadaran masyarakat terhadap antikorupsi, terutama di lingkup rumah tangga. IPAK juga mengungkap bahwa masyarakat di wilayah pedesaan cenderung lebih permisif terhadap praktik korupsi dibanding masyarakat perkotaan. Karena itu, kampanye publik seperti ACFFEST dipandang strategis untuk menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas, termasuk di daerah 3T.
Lebih dari sekadar tontonan, ACFFEST telah tumbuh selama 11 tahun terakhir menjadi gerakan sosial yang melibatkan komunitas film dan anak muda sebagai pelaku perubahan. Tak hanya sebagai penonton, generasi muda diajak menjadi pembuat film, penyampai pesan, hingga pelopor integritas di lingkungannya masing-masing.
Dengan semangat kolaboratif antara KPK, GIZ, dan Stranas PK, kegiatan Papua Menonton diharapkan mampu membangun kesadaran kolektif sejak usia dini bahwa korupsi bukan hanya urusan hukum, tapi juga soal karakter dan nilai-nilai kehidupan.
ACFFEST bukan sekadar kampanye antikorupsi, tapi merupakan gerakan dari dan untuk anak muda Indonesia—mendorong mereka menjadi garda terdepan dalam membentuk masa depan yang lebih bersih dan berintegritas.
Editor | TIM | PAPUA GROUP
Komentar