30 Keping Perak Yudas Iskariot

TAHAPAN Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak masuk Kampanye. Dari Kampung terdengar kisah busuk di Kota. Ada orang licik, napsu menangkan calonnya di tanggal 27 November 2024, dengan segala taktik dan strategi Koboi Banci.

Ingin menang lawan kotak kosong, gagal. Lalu berperkara ke pengadilan soal alamat palsu seperti judul lagu pendangdut Ayu Ting-Ting.

Hari ini, terbongkar semua kebusukan itu. Lagi trending di platform media sosial Whatshap, Facebook maupun lainnya, rekaman Aparatur Sipil Negara (ASN) yang katanya netral tapi tipu daya. Puji diri tinggi, pukul dada. Klaim, calonnya punya bekingan kuat dari pusat sampai ke daerah. Semua Pj bupati orang mereka. Pj-Pj Bupati tidak punya integritas?

Sama seperti di daerah, pusat juga diklaim, Kemendagri sampai bintang-bintang di langit temannya. Nama KPK dibawa-bawa. Tuhan-pun disebut. Ada dollar bukan rupiah mengalir ke Papua. Duit, duit,duit. Pokoknya komplit pasti menang. Saya ini sudah, siapa yang mau lawan!!!

Para camat kepala distrik, lurah dan teman-temannya diarahkan. Harus menang. Titik. Uang gampang. Telepon saja camat, uang mengalir. Pegang uang biar ada wibawa dilapangan. Kok bisa? Apa benar Wibawa diukur dengan uang. Wibawa tidak bisa diukur karena tak ada satuannya. Moral dan etika lebih tinggi bung.

Waktu dilantik jadi ASN, Apa sumpah dan janjimu? Apa karena mati (jadi Sekertaris Daerah) Papua, saudara ingin tampil dominan, tunjuk diri punya peran jadi panglima, pengatur strategi lapangan. Yang benar aja, tau diri donk!!! Tim Sukses masih ada. Ini Papua bukan kampung halaman-mu. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Artinya? kamu pasti tau, pintar kan.

Entah apa yang merasuki-mu hai tim sukses, tim bayangan, tim ngao-ngao atau apapun namanya. Kalian menunjukan kepintaran yang sungguh busuk dan bodok. Malu jadinya melihat intrik yang dipertontonkan ke publik. Jadi perbicangan hangat, rakyat Papua makin tahu apa tujuan kalian. Rakus jabatan.

Cerita kalian ini mengingatkan akan kisah Yudas Iskariot. Sebelum Perjamuan Terakhir, Yudas Iskariot pergi menemui para imam kepala. Ia berkhianat. Menjual Tuhan seharga 30 keping perak. Ditangkap di Taman Getsemani. Dieksekusi menderita sengsara, memikul salib menuju bukit Kalvari. Via Dolorosa, umat Kristen mengenang kisah ini. Ingin kuasa (jabatan), Yudas Iskariot rela jualan.

BUKAN KOTA KOTAK-KOTAK
Untuk kamu juga tim gerilya atau apalah namanya. Berhenti menghembuskan Tabi-Saireri. Papua bukan hanya Tabi bukan pula Saireri saja. Karena didalam Papua, ada mas,Daeng,neng,ada pula abang dan lain sebagainya.

Ibukota Papua bukan kotak-kotak. Jayapura topografinya dataran, berbukit, depannya laut. Itu berarti perbedaan menyatukan kita. Semua sama. Sa Papua ko Papua, bukan Tabi-Saireri. Simpan Tabi-Saireri diruang khusus, tempatnya di para-para adat bukan didepan umum.

Kita tidak sedang mencari pemimpin kelompok, suku atau apapun. Tapi pemimpin yang bisa menghadirkan masa depan bagi anak cucu.

Ingat bahwa suara rakyat suara Tuhan. Rakyat dibawah inginkan Pemimpin Bersih, Santun dan Berwibawa. Lebih baik kalah terhormat daripada menang dengan curang dan tipu muslihat.

Demikian surat dari kampung buat kamorang di kota yang sedang bikin diri inti.

Ada perintah buat kamu dibawah ini;

Jangan Jual Kristus Demi Cinta;

Jangan Jual Kristus Karena Harta;

Jangan Jual Kristus Karena Pangkat;

Apa yang Engkau Ikat di Dunia terikat di Surga;

Apa yang Engkau Lepaskan didunia Terlepas di Surga;

Engkau Mengakui Allah dihadapan Manusia, Allahpun Akan Berada Mengingat Namamu;

Allah Akan Mengaku Engkau Anak-Nya;

Tetapi Ketika engkau Melepaskan-Nya,Tuhan-pun Melepaskanmu;

Ini Peringatan tegas Tuhan Yesus Sang Penebus dan Penyelamat untuk manusia.

Jangan melakukan perbuatan-perbuatan yang mendukakan Hati Tuhan.

Jangan menggadai hal-hal yang Tuhan tidak inginkan. Sebab apa yang Engkau tanam, itu yang Kau tuai.

SELAMAT PAGI PAPUA.