JAYAPURA (PTIMES)- Dipastikan Jumat, 28 Juni 2019, Pemerintah Provinsi Papua melalui Biro Otonomi Khusus (Otsus) menggelar Tes Potensi Akademik (TPA) dan Bahas Inggris. Tes ini akan diikuti 1465 calon Siswa Unggul Papua Beasiswa Otsus yang telah lulus seleksi administrasi.
Ketua Panitia Seleksi Program Siswa Unggul Penerima Beasiswa Otsus 2019,, Anthony M. Mirin, S.Sos mengatakan tes akademik melibatkan mitra kerja Biro Otsus dan juga instansi teknis pemerintah yang tergabung dalam panitia seleksi yakni Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Papua, Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Papua dan pembimbing dari Jakarta Internasional College (JIC).
“Tes Potensi Akademik (TPA) dan skill atau kemampuan berbahasa Inggris, sesuai jadwal dilaksanakan pada, Jumat (28/6/2019). Semua persiapan sudah siap. Dan tes ini dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan yang sudah dilakukan dan hasil pengumuman nantinya sangat akurat dan terukur,” kata Mirin disela-sela Rapat Tim Seleksi Siswa Unggul Papua, Rabu (26/6/2019) di Hotel Horison, Jayapura.
Dikemukakannya, seluruh tahapan-tahapan seleksi yang sudah dan akan dilewati dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan sesuai ketentuan yang telah diatur. Pemprov Papua, kata Anthony Mirin sangat berharap bagi semua peserta yang lolos seleksi administrasi 1465 orang, harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tidak boleh terlambat saat mengikuti tes nanti. “Jam 07:00 waktu di Papua, semua peserta sudah wajib hadir di tempat tes yang sudah ditentukan. Tidak boleh ada yang terlambat,” tegasnya.
Mirin menginformasikan dari 10 daerah tempat dilaksanakan tes nanti yang merupakan representasi lima wilayah adat di Papua. Panitia sudah membentuk tim beranggotakan kurang lebih 4-5 orang buat mengawal dan bertanggungjawab melaksanakan dan memantau tes secara langsung.
Sementara , Academic Director Jakarta Internasional College, Dra. Fransisca Laij, M.A, menyatakan, sebagai penanggungjawab, pihaknya menjamin tes ini berlangsung secara murni dan transparan tanpa ada intervensi dari pihak manapun.
Menyinggung soal materi tes, Fransisca Laij mengaku serta tidak memberberkan secara terbuka, demi menjaga etika dan independensi, namun ia menjamin kerahasian materi yang disiapkan.
Fransisca menggaransi 100 persen bahwa materi tes langsung dikawal sendiri timnya dari Jakarta hingga ke Jayapura. Selanjutnya untuk ke sembilan daerah lainnya tetap dikawal tim panitia hingga hari pelaksanaan dilaksanakannya tes.
“Kita sebagai lembaga independen yang membantu melakukan tes, karena sebagai lembaga independen yang tidak ada campur tangan dari berbagai pihak. Jadi benar-benar murni berdasarkan hasil tes tersebut,” ujarnya.”Kalau saya tidak ada yang kenal sama saya di Papua, jadi tidak ada yang bisa titip,” ucapnya bergurau.
Dari JIC sendiri beranggotakan 16 orang yang terlibat dalam tes ini dan mereka disebar serta terlibat langsung di 10 daerah lokasi tes, bersama tim Biro Otsus, P dan P serta Badan Diklat Papua.
Tugas pokok JIC sendiri, kata Laij membantu pemprov Papua dalam pelaksanaan tes potnsi akademik dan bahasa Inggris dalam seleksi siswa unggul Papua beasiswa Otsus, tapi keputusan akhir ditentukan pemprov Papua lewat Biro Otsus.
“Keputusan tidak ada di JIC, sesudah kami melakukan tes dan mengumpulkan hasil tesnya, kami akan memberikan kembali kepada pemprov Papua untuk menentukan program apa yang akan disasar sesuai kebutuhan,” katanya.
Sebab program pemprov Papua sendiri tidak hanya mengirimkan siswa unggul asli Papua ke luar negeri, tapi juga di dalam negeri (Indonesia). Seleksinya sekaligus, namun penempatannya pada banyak bidang-bidang keahlian.
Khusus tes bahasa Inggris, kata Laij mengacu pada TOEFL ITP atau Institutional Test Program adalah tes bahasa Inggris tertulis menggunakan media kertas yang juga sering disebut Paper Based Test untuk menguji kemampuan bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
Tes meliputi kemampuan mendengar, struktur (tata bahasa) dan membaca. Lalu untuk TOEFLnya ada kemampuan membaca, tes kemampuan logika dan tes kemampuan mate-matika. Tes TOEFL ITP itu sendiri diakui secara global atau merupakan standar tes internasional untuk masuk perguruan tinggi di luar negeri. Inilah yang kita anggap sebagai dasar-dasar untuk kesuksesan anak-anak kuliah. Jadi kita melihatnya ini memang lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang akan kuliah.
“Dari tes ini bisa diprediksi keberhasilan anak-anak dalam jenjang pendidikan di level universitas,” katanya.
Editor: HANS BISAY