PON XX Jadi Stimulus Nasionalisme OAP

JAYAPURA | PAPUA TIMES- Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Prof. Dr. Zainudin Amali, S.E, M.Si menjadi Penguji Eksternal Sidang Terbuka Promosi Doktor dalam Bidang Kajian Utama Antropologi untuk Kenius Kogoya, di Auditorium Universitas Cendrawasih, Kampus Uncen Abepura, Jayapura, Papua, Senin (24/10).

Sebagai Guru Besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) Menpora Amali mengapresiasi isi desertasi yang dikaji Kenius Kogoya dengan judul ‘Nasionalisme, Kebudayaan dan Olahraga: Studi Dampak Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) pada Orang Asli Papua (OAP)’.

SIAPA CALON GUBERNUR PAPUA 2024-2029, PILIHAN ANDA
  • Add your answer
Poll Options are limited because JavaScript is disabled in your browser.

“Saya kira desertasi ini luar biasa untuk kebangkitan olahraga di Papua. Bahkan saya langsung tanyakan langkah konkretnya untuk ke depan. Sebagai Ketua Umum KONI Papua, sebagai doktor yang penelitiannya tentang sosial dan olahraga, apa langkah konkret yang akan anda lakukan dengan gagasan Papua sebagai provinsi olahraga,” tanya Menpora Amali.

Kenius Kogoya menyampaikan latar belakang dari desertasinya menunjukkan bahwa, nasionalisme orang asli Papua (OAP) kerap disebut artifisial (Sabara 2018), nasionalisme ganda (Meteray 2012), Etno nasionalis (Antoh 2007) dan Nasionalisme Papua (Pigay 2001).

“Munculnya gerakan untuk memisahkan diri dari NKRI tidak lepas dari kekerasan dan konflik berkepanjangan yang membuat OAP memiliki memoria passionis,” ujar Kenius.

“Presiden Joko Widodo dalam peringatan Haornas, 9 September 2020 menyampaikan bahwa olahraga memiliki peran penting dalam kehidupan, olahraga dapat menghidupkan jiwa nasionalisme masyarakat,” tambahnya.

Dalam desertasinya pula ia menggunakan mixed methods yakni metode penggabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. “Kualitatif melibatkan atlet, tokoh adat, akademisi, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat. Sementara kuantitatif yakni melibatkan masyarakat di empat cluster penyelenggaraan PON XX Papua sebanyak 365 orang,” tuturnya.

Sehingga tercapai kesimpulan bahwa, dengan adanya even PON XX Papua menjadi stimulus tumbuhnya rasa nasionalisme untuk OAP. “Even olahraga membuat rasa cinta tanah air, toleransi, terbuka, persahabatan, persatuan dan semangat kebangsaan bagi OAP tumbuh,” urainya.

“Penyelenggaraan PON memberikan kontribusi dalam membentuk rasa nasionalisme OAP. Nasionalisme itu tergambar dari munculnya kesediaan membela negara, Rasa bangga pada bangsa, setia kepada tanah air, dan mengakui kesatuan wilayah Indonesia,” tambahnya.

Kemudian untuk kesimpulan kebudayaan, penyelenggaraan PON XX Papua membuat OAP sadar dan tumbuh kultur kompetitif, sikap positif pada olahraga, ekonomi masyarakat tumbuh, komunikasi interaksi memanfaatkan teknologi, olahraga dipandang sebagai identitas dan harga diri OAP, serta mempromosikan Papua dan budayanya.

“Penyelengaraan PON XX Papua memberikan kontribusi perubahan kebudayaan OAP. Kontribusi itu tercermin dari pandangan hidup, kebiasaan beraktifitas, infrastruktur yang berubah dan OAP merasakan perubahan yang signifikan,” urainya.

Kenius berharap sebagai provinsi olahraga, Papua kedepan harus ada lebih banyak even-even olahraga yang dilaksanakan di tanah Papua ini, baik even-even olahraga tingkat daerah, nasional dan tingkat internasional.

“Sebagai provinsi olahraga nantinya harus ada lebih banyak lagi even-even dilaksanakan di tanah Papua ini, baik even-even olahraga tingkat daerah, nasional dan tingkat internasional,” ujar Kenius.

“Hari ini fasilitas olahraga yang dibangun negara dan pemda harus dimanfaatkan dengan membawa banyak even olahraga. Kami di KONI Papua juga memiliki program-program yang dilakukan salah satunya even Solidarity Game dan ini kami harapkan bisa dilaksanakan satu tahun sekali. Apalagi masyarakat olahraga Papua sudah siap menyelenggarakan even seperti itu (Asia Pasifik),” pungkasnya.

Editor | TIM