Moria Manalu, Gladiator Wushu Papua

JAYAPURA | PAPUA TIMES- Pekan Olahraga Nasional (PON) XX akan menjadi kali keduanya bagi wushu sanda Papua tampil di hajatan olahraga akbar Indonesia. Kali ini, tim wushu sanda Papua akan tampil dengan kekuatan yang tak bisa dipandang remeh.

Keberadaan Moria Manalu membawa angin segar bagi tim wushu sanda Papua yang berhasrat menyumbangkan medali emas bagi kontingen Papua di rumah sendiri.

SIAPA CALON GUBERNUR PAPUA 2024-2029, PILIHAN ANDA
  • Add your answer
Poll Options are limited because JavaScript is disabled in your browser.

Moria Manalu, petarung wanita kelahiran Pansurbatu Tarutung, Tapanuli Utara, 30 September 1987 itu punya jam terbang tinggi di olahraga beladiri asal China.

Moria memilih wushu sanda sebagai jalan hidupnya sejak 2006, usai menamatkan pendidikannya di bangku SMA. Mulanya, Moria hendak mendaftar sebagai anggota TNI, namun takdir membawanya menjadi seorang petarung.

“Sejak 2006, pas awal lulus SMA saya ke Jakarta berniat untuk daftar TNI, tapi Tuhan menunjukkan jalan lain untuk saya, lewat seorang pelatih senior almarhum Amos Panjaitan, saya mulai latihan dan tinggal di rumah beliau di Cipayung, Jakarta timur selama beberapa tahun,” kata Moria.

Bermula dari itu, Moria menahbiskan dirinya sebagai seorang petarung dan mulai mengarungi kariernya di sejumlah kejuaraan, baik di level nasional hingga internasional.

Sejak tampil untuk pertama kalinya sebagai petarung, Moria selalu berhasil mendapatkan juara di sejumlah kejuaraan.

“Dari tahun 2007 sampai dengan 2016 di Kejuaraan nasional wushu, saya selalu dapat emas,” jelasnya.

Begitu pula di ajang PON ketika membela kontingen DKI Jakarta, Moria juga tak pernah gagal mendapatkan medali emas. Mulai PON XVII di Kalimantan Timur tahun 2008 hingga PON XIX di Jawa Barat tahun 2016, Moria secara beruntun menyabet medali emas.

“Di setiap Pra PON saya dapat emas, terus di PON Kaltim, PON Riau dan PON Jabar saya berturut-turut dapat medali emas,” bebernya.

Tak hanya itu, Moria juga mengoleksi sejumlah gelar juara di iven-iven bergengsi, termasuk dua medali di Kejuaraan Dunia wushu sanda.

“Waktu di Asian Games saya dapat peringkat keempat di Guangzhou, China tahun 2010, medali perunggu Asian Martial art Thailand tahun 2009, peringkat keempat kejuaraan dunia di Kanada tahun 2010, medali perak SEA Games tahun 2009 di Laos, medali emas SEA Games 2011 Jakarta-Palembang, medali emas kejuaraan dunia tahun 2014, dan medali perak kejuaraan dunia tahun 2015,” ungkap Moria.

Menjelang PON XX Papua yang akan menjadi PON keempatnya, Moria kembali berambisi mengukir prestasi bersama tim wushu sanda Papua.

“Saya bergabung di wushu Papua sejak tahun 2019. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk Papua dan semoga Tuhan mengkehendaki. PON di papua akan menjadi PON keempat untuk saya, target di PON XX ingin yang terbaik karena harapan semua atlet pasti medali emas, melalui setiap proses dan mudah-mudahan Tuhan mengabulkan,” pungkasnya.

Rahmat “Yapa” Renwarin, mantan atlet Papua peraih medali perunggu wushu di PON XIX Jawa Barat yang kini bertugas sebagai asisten pelatih tetap optimis wushu sanda bisa kembali mempersembahkan medali bagi kontingen Papua. Apalagi, wushu Papua saat ini diperkuat sejumlah atlet nasional dan atlet lokal potensial medali.

“Saya optimis karena kita tuan rumah dan kita diperkuat atlet mantan juara dunia dan pelatih kepala yang sudah lama berkecimpung di dunia wushu. Pelatih yang selalu bawa nama Indonesia di kancah internasional, dan saya yakin kami cabor wushu bisa berikan medali emas untuk Papua,” kata Yapa.

“Kita punya atlet potensial di antaranya Moria Manalu kelas 60 kg sanda putri, Deni Arif kelas 75 kg putra target dua emas dan kalau atlet yang lain potensi medali ada Demonsal Baimo kelas 52 kg, Stefano Rumangith kelas 56 kg, Hendrik Rikut 65 kg untuk putra dan untuk putri potensi medali Selvi Dwi Utami kelas 48 kg juga Merry Awee kelas 56 kg,” tandasnya.

Editor | TIM