Penerbangan Papua-PNG Segera Dibuka

MADANG (PTIMES)- Gubernur Papua Indonesia, Lukas Enembe dan Gubernur Provinsi Madang Papua New Guinea (PNG), Peter Yama menyepakati untuk mendorong pemerintah negara masing-masing segera membuka akses transportasi, baik udara maupun laut berikut sarana lainnya seperti imigrasi dan karantina.
Pembukaan jalur penerbangan ini disepakati Gubernur Enembe dan Gubernur Yama disela-sela penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) perdagangan di Madang, Rabu (24/7/2019) di Smugglers Inn Resort Hotel, Madang, PNG. Dengan dibukanya jalur penerbangan udara dan laut diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian antara Papua Indonesia dan PNG
Duta Besar Indonesia untuk PNG, Andriana Supandy yang hadir dalam penandatanganan MoU mengatakan ia telah bertemu dengan Pemerintah PNG dan mendiskusikan kemungkinan dibukanya akses udara dari Papua ke PNG. Pemerintah PNG menurutnya menyambut baik hal ini. Namun karena Pemerintah PNG sendiri kekurangan pesawat, maka PNG berharap Indonesia bisa membuka jalur penerbangan dari Papua ke PNG.
“Saya bersama Gubernur Papua sudah bertemu komisi V DPR RI untuk menindaklanjuti rencana pembukaan jalur udara ini. Salah satu maskapai milik pemerintah, yakni Citilink akan didorong untuk membuka jalur penerbangan dari Papua ke salah satu provinsi di PNG,” ungkap Duta Besar Andriana.
Gubernur Enembe mengatakan PNG adalah pasar potensial untuk komoditi pertanian dan perkebunan Indonesia. Sebab dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan permintaan untuk makanan impor seperti biji-bijian dan daging di PNG karena meningkatnya pertumbuhan populasi, urbanisasi dan pengembangan industri, dan perubahan pola makanan.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Madang, Peter Yama berharap, selain mengekspor beras, Papua juga bisa bekerjasama dalam hal alih teknologi pertanian, terutama persawahan. Sebab sektor pertanian menopang mata pencaharian sekitar 80% dari populasi di PNG. Dari populasi ini, mayoritas adalah petani subsisten yang menanam tanaman tradisional seperti ubi jalar, talas, ubi dan sagu, sementara beberapa terlibat dalam menghasilkan tanaman komersial untuk ekspor seperti kopra, kopi, kakao dan kelapa sawit.

Editor: HANS BISAY