Kisah Warga Terselamatkan Pohon Matoa Saat Banjir Bandang Sentani

SENTANI – Banjir bandang yang menerjang wilayah Sentani, Papua, pada pertengahan Maret lalu membekas kuat pada seorang warga, Kimo. Seorang pendeta ini mengkisahkan bagaimana sebuah pohon matua di sekitar rumah menyelamatkan dia dan dua anaknya saat banjir menerjang pada 16 Maret 2019, pukul 21.30 WITA.

Banjir yang datang dengan tiba-tiba membuat Kimo dan anak-anak tidak dapat menghindar ke tempat yang lebih aman. Tanpa pikir panjang, Kimo memutuskan untuk berlindung di sebuah pohon matoa. Dia dan anak-anak berlindung di balik sisi pohon Matoa sementara arus kuat banjir melewati mereka. Pohon matoa bak perisai untuk menghadang terjangan banjir bandang. “Tuhan benar-benar menolong saya,” ujar Kimo yang berasal dari Desa Kiare, Distrik Batani, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua saat di temui di GOR Toware pada Minggu (31/3).
Banjir itu meratakan tempat tinggalnya, sedangkan pohon Matoa yang menyelamatkan keluarganya tumbang satu hari setelah bencana terjadi. Kimo merupakan satu dari 135 KK yang sementara ini masih bertahan di GOR Toware, Jayapura, Papua.

Banjir bandang yang dipicu oleh intensitas hujan tinggi ini mengakibatkan 112 warga meninggal dunia dan 17 warga masih dilaporkan hilang. BPBD Provinsi Papua mencatat korban luka berat sejumlah 153 jiwa dan luka ringan 808 jiwa. Sejumlah 4.763 jiwa (963 KK) mengungsi di 21 titik pos penampungan. Sedangkan kerusakan rumah warga, BPBD mencatat 1.788 rumah rusak dengan rincian rusak berat 291 rumah, rusak sedang 209, dan rusak ringan 1.288.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo meninjau wilayah terdampak banjir bandang di Sentani, Papua pada Minggu (31/3). Saat berkunjung di pos penampungan penyintas, yaitu di GOR Toware, Doni berpesan kepada BPBD Provinsi Papua dan aparat setempat untuk memperhatikan pengelolaan pos penampungan, seperti pelayanan kesehatan, kebersihan, MCK, dapur umum maupun gudang.
Memasuki hari ke-15, pembersihan material yang terbawa banjir masih terus dilakukan. Material lumpur yang kering menyebabkan debu saat kondisi tidak turun hujan. Beberapa rumah masih tampak terbenam material pasir hingga dinding rumah.

Sementara itu, pohon Matoa (pometia pinnata) merupakan tanaman khas Papua. Pohon yang tergolong besar ini dapat memiliki diameter rata-rata hingga 100 cm dan tinggi mencapai 18 m. Pohon Matoa yang umumnya berbuah sekali dalam setahun ini dapat ditemui di hampir seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian 1.200 m di bawah permukaan laut di Papua. Buah matoa memiliki rasa yang manis.

Editor: HUMAS BNPB

Komentar