Gubernur Minta Polisi Tangkap Sabinus

ASMAT- Gubernur Papua, Lukas Enembe, S.IP, MH meminta personil Polri untuk menangkap pelaku penembakan di kawasan Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika. Pasalnya, aksi yang diduga dilakukan Kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker itu telah meresahkan.
“Saya baru mendengar nama pimpinan KKB yang melakukan penembakan itu. Bahkan saya baru mengetahui ada kelompok itu di media dan tidak pernah tahu nama kelompoknya,”jelas Gubernur, usai melakukan kunjungan kerja ke Korowai, Kabupaten Boven Digoel, Selasa (24/10/2017).
Enembe menekankan gangguan-gangguan keamanan seperti penembakan terhadap PT Freeport Indonesia harus diminimalisir karena saat ini pemerintah sedang melakukan negosiasi terkait divestasi saham.“Saya berharap siapapun yang melakukan perlawanan terhadap PT Freeport Indonesia supaya dihentikan. Karena Pemprov Papua sedang berusaha untuk bagaimana pemberian divestasi saham berjalan dengan baik,”ungkapGubernur.
Menurut orang nomor satu di Papua itu bahwa sebagian besar saham akan diberikan kepada Pemkab Mimika karena itu adalah hak masyarakat. Kemudian ditambah dengan masyarakat yang ada di kabupaten sekitar areal PT Freeport Indonesia.
Gubernur menambahkan bahwa PT Freepport Indonesia merupakan objek vital yang pengamanannya melibatkan semua institusi negara. Oleh karena itu, Enembe meminta TNI-Polri bekerjasama untuk mengamankan areal Freeport.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua Kombes Polisi Ahmad Musthofa Kamal mengatakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Sabinus Waker bikin resah di kawasan Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Kelompok ini dikenal suka melakukan perampasan terhadap warga dan teror penembakan di jalur pertambangan PT Freeport.
Sabinus Waker merupakan warga asal sana. Dia ditetapkan sebagai DPO oleh polisi karena rangkaian kejahatan kriminal. Kelompok ini terbilang sudah lama beraksi.
“Dia tidak punya pekerjaan tetap. kehidupan sehari-hari dia mendatangi masyarakat melakukan pemerasan untuk dia dan kelompoknya. Masyarakat di luar Freeport sering diperas. Kemudian di lintasan Freeport sering melakukan penembakan dan merampok,” kata Musthofa seperti dikuti merdeka.com, Selasa (24/10).
KBB Sabinus Waker juga ditetapkan sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam insiden penyerangan anggota Brimob di tahun 2015. Satu Brimob yang diperbantukan dari Sulawesi Selatan tewas ditembak. Sabinus Waker merebut dua senjata laras panjang milik Brimob.
Senjata jenis senapan serbu Steyr AUG tersebut diduga digunakan saat menyerang anggota Brimob, Sabtu (21/10). Dugaan ini didasarkan dari kemampuan Steyr yang bisa menembak dari jarak jauh, lantaran dilengkapi dengan teleskop.”Jadi kalau melakukan membidik, akan lebih tajam. Dugaan anggota kita dari tele,” terangnya.
Selain beraksi dengan menggunakan senjata rampasan, kelompok Sabinus Waker juga dibekali senjata rakitan.Penyerbuan yang terjadi Sabtu kemarin diduga dilakukan 15 anggota KKB. Jumlah ini didapat dari keterangan personel Brimob yang memperkirakan titik sumber suara tembakan. Namun belum diketahui total jumlah anak buah Sabinus Waker.
Selama tahun 2017, kelompok Sabinus Waker sudah beraksi tak kurang dari 10 kali. Aksi terakhir adalah penyerangan anggota Brimob yang terjadi Senin kemarin. Empat Brimob terkena tembak dalam insiden itu.
Kelompok Sabinus Waker tak pernah menetap. Mereka selalu berpindah tempat di pedalaman hutan kaki pegunungan kawasan Tembagapura.
Polda Papua memerintahkan anggota Brimob untuk menangkap KKB Sabinus Waker, hidup atau mati. Saat ini sebanyak 15 anggota Brimob dikerahkan memburu DPO kasus pemerasan dan penembakan tersebut.

Editor: HANS BISAY