KKP Kembangkan Lele Sentani Gunakan Sistim Bioflok

JAYAPURA- Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti didampingi Pjs Gubernur Papua, Mayjen TNI (Purn) Soedarmo, pekan kemarin panen bersama ikan Lele hasil budidaya Sistem Bioflok Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Onomi Hawai Sentani, Kabupaten Jayapura. “Lele yang dipanen Menteri bersama jajarannya kemarin (18/3) di Jayapura, Papua, merupakan hasil sistem bioflok yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) pada November 2017 lalu.
Dari bantuan awal yg diberikan DJPB Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ikan Lele yg dipanen pada lokasi bantuan di Jayapura ini diperkirakan bisa mencapai kurang lebih 5,5 ton. Sementara infonya, harga lele di Papua mencapai Rp 35ribu.
Menteri Susi pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa bantuan Sistem Bioflok yangg diberikan sebanyak 2 paket, masing2 paket 8 lubang (total 16 lubang), benih lele perlubang 3000 ekor berukuran 7-8 cm dengan pakan sebanyak 4 ton, plus pompa, blower & genset 1000 KPA dengan nilai total 2 paket sebesar Rp 390 juta. “Sistem bioflok punya banyak keuntungan, lho. Selain produktivitasnya 3 kali lipat dibandingan dengan metode konvensional, sistem bioflok ini hemat air dan ramah lingkungan. Tujuan dijalankannya sistem bioflok untuk meningkatkan ketahanan pangan, memenuhi gizi protein, meningkatkan konsumsi makan ikan, meningkatkan pendapatan serta perekonomian masyarakat,”ungkap Menteri.
Program bantuan sarana/prasarana sistem bioflok ini dijalankan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP yang mempunyai visi mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan berbasis kepentingan nasional. Apa sih sistem bioflok itu? teknologi budidaya lele intensif dengan mengandalkan suplai oksigen dan gumpalan (flok) mikroorganisme tertentu.
KKP jg mendorong pengembangan pakan mandiri di Papua mengingat ketersediaan bahan baku lokal yg melimpah seperti Jagung dan Kedelan sehingga dapat menekan biaya produksi.

KUNJUNGAN KE MERAUKE

Pada kunjungan lanjutan Senin (19/3/2018), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti didampingi Penjabat Sementara (PJs) Gubernur Papua Soedarmo mengunjungi Kabupaten Merauke, guna meninjau pembangunan sektor kelautan dan perikanan disana.
Kunjungan kerja tersebut diterima langsung Bupati Kabupaten Merauke didampingi Forkompinda setempat.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Soedarmo menyebut pembangunan sektor kelautan dan perikanan Papua periode 2013-2017, mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi pada produksi perikanan budidaya 1.09 persen dengan luas lahan 1.02 persen, dan jumlah pembudidaya 2.5 persen. “Bahkan pengembangan perikanan budidaya itu secara merata tersebar di 29 kabupaten/kota dan berbasis pada lima wilayah adat, yakni Anim ha, Mamta, La Pago, Saireri, dan Me pago,” kata dia.
Kendati begitu, produksi perikanan tangkap 2013-2014 dilaporkan meningkat 1.01 persen, namun 2014-2016 mengalami penurunan produksi. Penyebabnya karena diterbitkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No 56/PERMEN-KP/2014 tentang moratorium.
“Tapi sebenarnya di satu sisi, kebijakan moratorium walaupun dari sisi produksi ikan menurun, namun berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat dengan jangkuan penangkapan ikan semakin dekat,” terang dia.
Bupati Merauke, Frederikus Gebze mengatakan potensi laut yang ada di wilayahnya sangat berlimpah, untuk itu, wajib untuk dijaga serta dipelihara. Dia tambahkan, jika laut Wilayah Selatan tidak dijaga dan hasilnya selalu dicuri oleh nelayan asing, tentu tidak akan membawa manfaat bagi masyrakat dan daerah. Untuk itu, dirinya meminta para nelayan, khususnya orang asli Papua harus mampu bersaing dengan nelayan non Papua.
Editor: JOEL KADI